Kisah ini bukan ilustrasi rasa kangen berlebih akan mu
Puisi ini bukan lencana cinta yang aku tak tau
Kata-kata ini bukan ungkapan rindu akan kehadiranmu
Tentang senja yang yakin akan bintang
Aku kembali menarikan jari ini dengan namamu
Juga namanya
Kau ingat aku pernah bertanya tentang alih?
Aku muak menunggu rasa yang tak kian tertutupi oleh rasa rindu
Aku benci pada yakin atas nama cinta olehmu
Aku ingin tak peduli pada senja yang pasti hadir bersamamu
Dan kau tau, aku ingin membenci senja!
Oranye senja bersama siluet cinta hadir tiap kau menoreh senyum padaku
Kata indah yang kau pastikan akan menjadi purnama di malam hari
Aku memegang itu
Memeluknya erat hingga yakin kita akan bersama dalam purnama
Ku tak tahu apa yang kau persiapkan untuk purnama
Karena itukah kau selalu hadir ketika senja?
Apakah kau juga menyukai senja ?
Kau tahu aku menyukainya?
Lagi,
Aku menulis karena jari ini memanas sendiri
Membuat hati ini merajut kembali namamu
Walau ku sedang mencoba menyulam nama yang lain
Tahukah kau?
Aku menyulam dengan warna yang sama ketika merajut namanya
Bolehkan aku mengambilnya dari warnamu?
Menyulamnya dengan pola…,
Aku ingat, aku tak punya pola akanmu
Kau hadir, meramu, melawan batas ruang dan waktu
Lalu terpola indah
Tanpa warna
Lalu, seakan tertumpah rasa yang tak pernah mampu lepas
Dari rajutan yang terpola tanpa tersadari
Aku…suka pola itu
Senja, bolehkan aku menyulam bintang?
Melupakan janji purnama,
Lalu, menikmati bintang yang datang padaku?
Bintang.., yang tak menarik senyumku dari senja
Bintang yang mengajakku menikmati langit
Bintang yang tak marah jika aku masih sering memeluk senja
Bintang yang meyakinkan akan cahayanya di utara
Senja darimu
Bintang untukku
Lalu?