Minggu lalu, 12 April 2015, gw dan teman-teman Sanggar Inggris holiday lagi bareng anak-anak. Berbeda rumah singgah, kali ini kami ke Komunitas IPPA Rawamalang. Setelah 3,5 jam di jalan dan sempat ada ritual nyasar gw (hehe) akhirnya kami sampai di Rawamalang, Cilincing, Jakarta Utara jam setengah tiga sore diiringi demo cacing di dalam perut.
Setelah demo cacing perut itu terselesaikan, kami langsung beringasan main sama anak-anak. Main di ruangan nggak seru, maka kami pun memilih lapangan di pinggir empang buat having fun. Main bareng anak-anak itu sumpah bikin hati gembira. Ada yang berisik, ada yang pendiam, ada yang jahil, ada yang lucu, banyak deh. I love them so much.
Berbagi cerita lewat kuis ‘Sambung Kata’ |
Kali ini, kami bermain dengan anak-anak yang lahir dan tinggal di tempat yang notabene bukan tempat yang ‘mudah’ untuk tumbuh dan berkembang. Daerah ini merupakan salah satu daerah lokalisasi di Jakarta Utara. Gw nggak tau, daerah ini sudah masuk dalam black list polisi atau belum. Yang pasti, anak-anak di daerah ini membutuhkan perhatian khusus.
Mungkin Pak Ahok harus ke tempat ini. Melihat bagaimana ‘perkembangan’ anak-anak yang tumbuh di daerah lokalisasi. Apa Pak Ahok masih mau mengizinkan kawasan lokalisasi? Bisa ngejamin mereka nggak akan punya anak disitu? Yakin mereka mau pindah setelah punya anak? Yakin mereka tau itu nggak baik buat anaknya? Yakin anak-anak disitu nggak akan ikut kelakukan bapak atau ibunya? Yakin mereka bakal tau mana yang halal dan haram?
Kenapa gw jadi serius gini ya?
Iya, tapi ini serius, guys. Serius banget! Kak Seto dan kawan-kawan pasti kelimpungan ngadepin anak-anak seperti ini. Dan, sayangnya sampai sekarang nggak pernah ada psikolog anak ke tempat ini. Padahal, mereka sangat butuh. Ah,, I just wanna cry.
Bercerita lewat tulisan |
Namanya Rina. Gadis 7 tahun yang tersenyum manis dipelukan teman gw. Dia senang sekali menulis cerita di atas origami bersama kami. Tiba-tiba, senyumnya hilang dan berubah menjadi wajah takut ketika ibunya datang. Takut sekali. Lirih dia bilang, “Takut, Kak. Takut digebukin mama.”
Teman gw diem, dan nggak bisa bilang apa-apa selain meluk Rina, lalu mengantarkannya ke ibu Rina yang sudah melototin kami dalam radius 3 meter. Nggak lama, teman gw nyamperin gw dan netesin air mata, “Nggak tega gw, Sya.”
Masih banyak Rina yang lain. Belum lagi anak yang diminta bapaknya buat mengacaukan komunitas peduli anak yang udah didiriin teman gw selama tujuh tahun itu di sana. Iya, tujuh tahun. Gw benar-benar angkat empat jempol buat teman gw itu. Namanya Mbak Betty Suryaningsih. Lo harus ketemu dia. Harus! Dia benar-benar wanita penuh inspirasi.
Para volunteer, yang paling kiri pake kurudung putih itu yang namanya Mbak Betty |
Hari itu kami bermain dan belajar di bawah langit senja, di bumi inspirasi anak-anak. Kami bercerita lewat canda tawa di atas kertas origami penuh warna. Iya, hari itu penuh warna. Apapun kondisinya, berbagi canda tawa adalah hal membahagiakan. Kalian, adik-adik super yang memberikan banyak pelajaran. Thank you so much!
Anak-anak asyik menulis |
Foto Bersama |
Kegiatan sebelumnya, klik Workshop Mading Bersama HIMMATA