Episode 2, SERIAL KAY & ARZA
“Arza, lo tau apa beda suka, sayang, dan cinta?”
Namanya Arza, sahabatku sejak 10 tahun yang lalu. Posturnya tinggi, daftar pacarnya banyak, hobinya tidur. Dia duduk menemaniku menatap layar laptop sejak setengah jam yang lalu. Duduk manis dengan segelas lemon tea sambil menatap layar handphone-nya, entah melakukan apa.
“Kenapa lo tiba-tiba nanya begitu?” Jawabnya sambal masih menatap layar ponselnya.
“Just asking.” Aku kemudian menutup layar laptop.
“Hm, suka itu kayak gw liat Raisa.”
“Can u give me another example?”
“Hahaha. Suka itu awal untuk sayang dan cinta.” Arza meletakkan handphone-nya. Matanya kini fokus padaku.
“Okay. Kalau sayang?”
“Sayang itu ingin memiliki, tidak ingin melepas. Kayak lo sayang sama laptop lo lebih dari gw.” He knows me so well.
“Nice example. Hahaha. Kalau cinta?”
“Cinta itu ikhlas. Tidak mengharap apapun. Melihat dia senyum, tertawa, bahagia, itu lebih dari cukup.”
“Aneh. Kalau cinta menurut lo sedalam itu, ya kali lo nggak pengen memiliki.”
“Kay, cinta itu tumbuh setelah sayang, kan? Ada saat sangat ingin memiliki. Pake banget, dan itu waktu sayang. Tapi, cinta yang gw maksud di sini, tidak menggebu. Tidak mengharap apa-apa. Cinta. Cinta itu sendiri udah cukup.”
“Wuahh, dalem banget.”
“Gantian. Menurut lo?” Ini dia. Lelaki yang aku hampir bosan karena berteman cukup lama, selalu mempertanyakan balik pertanyaanku. Huft.
“Karena gw nggak tau, makanya gw nanya. Tiap kali gw nulis, gw selalu bingung mendefenisikannya. Gw nggak bisa ngejelasinnya. Feel like stupid.”
“Ya kali. Cinta itu dirasain kali. Bukan nyari defenisi atau berusaha menjelaskannya, Kay. Dirasain!”
Mulai deh dia.
“Hmm, tentang rasa. Gw juga bingung, Za. Buat gw, cinta itu bahagia. Entah dalam konteks apapun. Cinta itu bahagia. Ketika gw meluk bokap, ketika gw meluk bokap. Atau ketika gw main sama anak-anak pedalaman.”
“Itu mah cinta yang selama ini lo lakuin”
“Iya.” Jawabku refleks.
“Kalau cinta ke pasangan? U know what I mean.”
“Gw nggak tau. Gw pernah jatuh cinta sekali. Dan, sekarang dia udah nggak ada. Deg-degan gitu sih waktu itu.”
“Kalau lo bilang di awal nggak tau, gimana lo yakin kalau itu cinta?”
“Iya juga ya.”
“Nah, kan…” Arza menghela nafas.
“Trust. Trust, Arza. Gw yakin kalau gw di samping dia, gw bakal bahagia dan begitu pun dia. Gw yakin dia nggak bakal ngecewain gw, begitu pun gw. Sama-sama melakukan yang terbaik. Sama-sama menjadi diri sendiri seutuhnya. Dijalanin bareng-bareng. Se-simple itu. Itu cinta versi gw.”
“Nggak nyangka gw. Itu, lo tau.” Balasnya dengan senyum tipis.
“Kalau otak gw lagi bener. Hehe..”
Aku kemudian kembali membuka laptop.
“Kay.” Tanyanya selang beberapa menit.
“Ya.”
“Suka, sayang, dan cinta itu tentang hati. Bukan logika.”
“Iya, teorinya begitu.” Tukasku.
“Itu bukan teori. Itu esensinya. Hati. Rasa.” Jelasnya, dengan menekan tiap kata yang dia ucapkan.
“Okay. Noted.” Jawabku memasang senyum ngeyel.
“Gw tunggu tulisan lo.”
“Masih dipikirin drafnya, kali. Masih lama. Gw masih ngerjain buku bayaran dulu. Hiks…” Tandasku.
“Jangan diburu. Nggak perlu menggebu. Gw tunggu. Yang penting, lo bahagia sama apa yang lo kerjain.”
“Of course, I am.”
Dia kemudian membuka laptopnya, dan tentu saja..untuk bermain game. Hihi..
Serial Kay & Arza Episode 1 klik di sini.
Gizsya