Larut malam. Jalanan tidak terlalu padat dan mobil meluncur dengan kecepatan standar. Ada jumlah lima orang di dalamnya. Gw, kakak gw yang baik hati, adik gw yang gempal, om gw yang menyetir dengan santai, dan bokap gw yang ganteng. Hihi.. Butuh waktu tiga jam lagi untuk mobil ini parkir dengan sempura di garasi rumah, dan playlist lagu adik gw yang isinya suara cowok-cowok seksi One Direction mulai bikin bosen.
“Pa, kabar teman kecil aku dulu yang down sindromitu gimana?” Tanya kakak gw yang mungkin sedang tiba-tibe inget sama teman masa kecilnya.
“Oou, anak Pak XY. Baik alhamdulllah. Sekarang bisa bantu-bantu rumah. Banyak perkembangan katanya. Ahli surga dia itu.” Jelas bokap.
“Iya, ahli surga. Aku juga sering bilang itu ke ibunya anak-anak di sekolah, Pa. Anak-anak spesial itu jalan surga untuk keluargadan orang di sekitarnyanya. Ya karena mereka itu ahli surga.” Balas kakak gw. FYI, kakak gw itu psikolog anak yang sekarang kerja di sekolah yang menyediakan kelas untuk anak berkebutuhan khusus.
Kenapa ahli surga? Karena dalam Al-quran dijelaskan bahwa mereka yang tidak sehat akalnya dipastikan menjadi penghuni surga. Orang tua yang membesarkannya dengan tulus dan sabar tentu juga akan diberi balasan surga. Singkatnya seperti itu.
“Kalau orang gila, Pa? Kan dia sebelumnya nggak gila, terus jadi gila. Kayak schizoprenia. Biasanya karena stres, nggak bisa nerima kenyataan, lalu gila.” Tanya gw.
“Hisabnya tetap berlaku, tapi untuk usia ketika dia sebelum gila.” Jawab bokap ditambah penjelasan lain yang lebih detil diperkaya ilmu psikologi kakak gw.
Ini yang bikin gw kangen rumah. Obrolan ringan yang memberi banyak pelajaran.
“Perjalanan cinta itu ibarat ombak dan pantai.” Kata bokap di obrolan dengan tema yang berbeda. Gw lupa untuk bagian ini, apa prolog yang bikin kita tiba-tiba ngomongin cinta yang selalu bikin gw gagal paham.
“Maksudnya Pa?” Tanya gw polos dan adik gw meluk bantal dengan tampang curious.
“Iya, seperti ombak yang terus mendatangi pantai. Ombak yang dengan setia datang dan membuat pasir pantai basah. Apa yang dia bawa dari laut ibarat apa yang dia bawa ke rumah. Baik atau buruk. Dan angin menjadi tantangannya. Apakah angin akan membawanya ke selatan atau utara.”
“Jadi, pantai dianalogikan sebagai istri?” Tanya gw meyakinkan.
Filosofi cinta ombak dan pantai. Tentang ombak yang tidak pernah meninggalkan pantai. Tentang pantai yang damai. Tentang pasir yang basah dan sejuk. Tentang sngin yang memengaruhi kekuatan ombak.
Cinta juga seperti itu.
Tentang seorang lelaki tetap setia pada wanitanya. Tentang lelaki yang berusaha sekuat tenaga menyirami cinta di rumah tangganya. Tentang apa yang diberikan lelaki pada wanitanya. Tentang wanita yang selalu memberi kelembutan dan kenyamanan rumah.
“Cinta itu harus dijaga dan dipelihara.”Lanjut bokap.
Kisaran, 21 Juni 2016
Gizsya
Gizsya