Hai Dewi Senja.
Masihkah kau menikmati terbang di antara awan putih dengan tangan menggigil? Sudah kubilang untuk memakai sarung tangan yang dikirimkan Dewa Malam melalui aku, untukmu. Apa kau masih malu untuk mengakui cinta itu?
Aku senang sekali melihat Dewa Malam berani mengungkapkan isi hatinya padamu. Lewat sarung tangan yang ia rajut sendiri, ku tahu Dewa Malam tidak main-main tentang perasaannya denganmu. Maka, ku mohon jangan kau sia-siakan perasaan sahabatku itu.
Dewi Senja, aku kini berani bercerita padamu. Kau pernah bertanya kenapa Dewa Malam selalu menyebutku gila?
Aku suka puisi. Dia juga penyuka sajak irama yang ditulis dengan hati. Dia bilang, tiap puisiku berhasil termakna syahdu dengan makna berisi. Aku dan dia mulai sering bertukar puisi karena ini.
Aku juga menyukai puisinya. Lugas namun penuh makna.
Aku kemudian tak tau kenapa aku selalu menunggu puisinya tiap malam. Aku kemudian mulai tak paham mengapa aku sangat senang ketika namanya hadir dalam layar ponselku tiap senja. Iya, dia selalu mengajakku memandang langit senja di langit yang sama, di tempat yang berbeda. Aku, lalu menyukai senja. Mungkin karena dia.
Temanku bilang, aku jatuh cinta padanya.
Aku tak tau pasti apa itu jatuh cinta. Aku hanya tau, aku ingin selalu hadir dalam harinya, walau kami tidak bersama. Aku hanya tau, aku selalu merindukannya dalam kelang waktu yang selalu sama. Seperti detik yang selalu berkejer-kejaran menuju menit atau seperti jarum jam yang tak pernah lelah berputar, seperti itu aku merindunya. Iya, aku menyadari aku jatuh cinta padanya.
Sungguh bukan karena kami kemudian saling bertukar puisi. Ia tak mengirimiku puisi ketika ia harus konsentrasi dengan ujian saringan masuk perguruan tinggi. Aku tau, dia lelaki yang tau pasti tentang prioritas tertinggi. Aku pun tak pastas cemburu untuk rutinitasnya yang lebih hakiki. Aku lalu menunggunya dengan pasti.
Aku tau pasti tentang apa itu jatuh cinta. Suatu rasa tanpa pola yang membuatmu merasa di satu pikiran dan hati yang sama ketika kau memikirkannya. Suatu rasa tanpa alasan jelas mengapa kau selalu ingin ada dia di tiap harinya. Suatu rasa tak jelas yang membuatmu gila jika tak tau kabarnya.
Aku tak tau kapan aku jatuh cinta padanya, wahai Dewi Senja.
Jika kau bertanya alasanku jatuh cinta, aku tak punya. Aku hanya tau dia telah mengambil satu rasa dalam hatiku yang membuat hati itu kosong untuk siapapun selain dia.
Tapi, semua itu seakan sia-sia. Karena dia terlalu takut mengungkapkannya.
Wahai Dewi Senja. Ku mohon jangan buat Dewa Malam sakit menahan rindu sepertiku. Pakailah sarung tangan itu. Ku mohon..
Gizsya