Bima Mencari Goma

Okay guys. Judul barusan bukan judul cerpen, apalagi novel. Itu judul bermakna denotasi alias arti sebenarnya. Karena, sahabat gw yang bernama Bima Anggreyanto (bukan nama samaran) sedang mencari teman lamanya yang bernama Goma (ini juga nama sebenarnya).
Cerita ini bermula ketika gw nggak nyadar udah nongkrong sampe larut di Seven Eleven demi deadline. Demi keselamatan di kota metropilitan, gw pun menelfon teman gw Bima untuk ngejemput gw. Namun, cuaca tidak mendukung. Begitu Bima nyampe, hujan turun dengan dahsyatnya, dan kita nggak bisa pulang. Sebagai ungkapan maaf udah bikin dia keujanan, kami pun minum hot chocolate sambil nunggu ujan reda. Dan, di situlah Bima menceritakan Goma.
“Gw pernah cerita kan Sya kalau waktu kecil gw itu pernah hampir mati.”
Gw muter otak. Dan sepertinya kapala gw udah kehabisan baterai gegara nongkrong di depan laptop seharian.
“Gw lupa, Bim.”
“Jadi, kemarin gw nyikat kamar mandi dan gw keinget teman kecil gw yang namanya Goma.”
Wait, apa hubungan nyikat kamar mandi sama ilham lo keinget Goma.”
“Jadi, kalau gw gugup itu gw bakal bersih-bersih. Karena besoknya gw mau ada tes, jadilah gw bersihin kamar. Makanya anak-anak senang kalau gw lagi nervous. Okay, Sya. Skip that story.”
“Hahaha…” Ketawa adalah hal lumrah kalau lo punya teman yang kelakuannya begini.
“Ceritanya gini. Waktu TK, gw itu kalau pulang dianter pake mobil sekolah. Bareng teman gw, namanya Goma. Seperti biasa, gw naik itu mobil antar jemput, Goma juga. Waktu mobil nyampe depan rumah, gw turun dengan santai dan tiba-tiba Goma teriak ‘AWAS MOBIL, BIM!’.”
“Tapi nggak jadi ketabrak, kan?” Tanya gw spontan.
“Nah, itu dia. Karena Goma teriak, gw nggak jadi ketabrak. Gw inget banget itu mobil Toyota Kijang warna biru dongker. Itu mobil lewat kencang banget beberapa millimeter di depan hidung gw. Hidung gw nggak jadi patah, tapi tangan gw kena dan gw berputar 360 derajat kayak penari balet.”
“Hahaha.” Gw juga bingung kenapa ketawa.
“Kok lo ketawa?”
Sorry, lanjut Bim.”
“Tiga puluh meter kemudian, itu mobil berhenti dan melihat gue terduduk di tengah jalan. Dia ngedongak dari jendela dan gw melambai tangan ngasi tau kalau gw baik-baik aja. Kalau aja Goma nggak teriak waktu itu, lo nggak bakal ketemu gw.”
“Kalau lo ketabrak, minimal lo gegar otak dan lo nggak bakal sepinter sekarang. Haha.”
“Sekarang gw punya misi buat nyari dia.”
“Untuk?”
“Waktu nyikat kamar mandi kemarin, gw inget kalau gw belum ngucapin TERIMA KASIH ke dia. Gw mau ketemu buat say thanks karena udah nyelamatin hidup gw.”
“Gw nggak nyangka lo semanis ini, Bim.” Jawab gw sambil nyengir. “Caranya?”
“Bikin web. Karena setelah masuk SD, dia pindah ke Jawa. Dan gw nggak tau apa-apa tentang dia selain namanya. Goma. Udah itu aja. Gw benar-benar pengen nyari dia, Sya.”
Bertahun-tahun gw sahabatan sama ini orang, gw baru tau dia semanis ini (kadang). Demi mengucapkan TERIMA KASIH secara langsung, doi beneran bikin project MENCARI GOMA. Silakan buka www.mencarigoma.com kalau lo nggak percaya. Kalau lo punya teman yang namanya Goma, atau lo sendiri bernama Goma, please contact him atau contact gw juga bisa. Yang berhasil menemukan Goma akan gw jadiin…..
Pelajaran moral 1. Nyikat WC bisa ngasi ilham untuk melakukan hal positif.
Pelajaran moral 2. Terimakasih itu kata sederhana bermakna super, maka wajib diperjuangkan.
“Lo punya fotonya? Atau lo bisa gambar muka dia?”
“Gw nggak punya fotonya. Tapi, gw berhasil gambar sketsa wajahnya.”
Sketsa wajah Goma

“Gw serius, Bim!”
“Lo tau kan gw nggak bisa gambar. Ini udah maksimal, Sya.”
Barusan gw terharu, dan detik kemudian dia kembali garing.
Whatever, kisah BIMA MENCARI GOMA mengajarkan gw betapa penting kata ‘terimakasih’. Mari kita cari itu Goma. Kalau cakep, kenalin ke gw yak. Hehe..
Gizsya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *