Anak-Anak, Agen Penyelamat Bumi

Save our earth. Kalimat tersebut terlalu tinggi untuk direalisasikan. How come?Menyelamatkan bumi yang memang pada akhirnya akan hancur? Bukannya pesimis. Tapi, ya memang teorinya begitu. Teori terbentuknya bumi lewat big bang memang akan menjadikan suatu hari bumi itu  berhenti berputar. Layaknya manusia yang akan mati, begitu pun bumi.
Bagaimana cara memelihara bumi? Bullshit kalau orang yang sudah mengenyam pendidikan minimal SMP nggak tau soal hal tersebut. Hal yang paling sederhana yaitu membuang sampah pada tempatnya.
Pernah nggak melihat orang berjas dan berdasi tapi membuang sampah permen sembarangan?
Pernah tidak melihat orang membuat sampah plastik dari kaca mobil mewah?
 Bahkan mereka yang katanya kaum intelek yang memiliki komunitas alam. Pernah tidak melihat mereka merokok?  
Nah, pendidikan dan strata sosial tidak bisa menjamin orang tersebut bisa merealisasikan cara memelihara bumi, bukan?
Ini nih, buktinya.

Banyak penyuluhan tentang save our earth. Banyak banget poster tentang penanggulangan global warming. Tapi, tetap aja kebal. Masih tetap merokok sembarangan, buang sampah sembarangan, boros menggunakan tisue, dan sejenisnya.  Ah, seperti sia-sia!

Here we go! Yuk, coba berpikir simple untuk mencintai bumi ini.
Kalau memang nggak ada tempat sampah di tempat tersebut untuk membuang sampah permen, apa salahnya sih kalau di simpan di tas dulu?
Kalau memang terbiasa menggunakan tisue untuk mengelap keringat, apa salahnya sih kalau menggunakan sapu tangan? Lebih hemat duit juga kan?
Kalau lagi nggak menggunakan kamar mandi, apa salahnya sih lampunya dimatikan?
Kalau punya halaman di rumah, apa salahnya sih menanam pohon  bunga? Lebih indah juga,  bukan?
Hal yang paling mendasar itu adalah tentang kehidupan itu sendiri. Memangnya cuma sendiri hidup di dunia ini? Memangnya nggak ingin punya keturunan? Nah, kalau buminya rusak nanti anak cucu hidup dimana? So, it’s not about our earth. It’s about us! About our life!
Alah bisa karena biasa.
Yuk, kita membiasakan mencintai bumi dengan real.Bukan cuma poster. Bukan sekedar penyuluhan. Bukan hanya tulisan!
Layaknya membiasakan diri mandi tiap pagi dan sore yang sudah dimulai sejak kecil, begitupun dengan membiasakan hidup dengan pola cinta bumi.  Anak-anak selalu menjadikan orang dewasa disekitarnya sebagai role model. Dengan membiasakan diri menjadi role model yang cinta bumi untuk anak-anak, kita berarti telah menciptakan aset bumi berharga. Ketika anak terbiasa melihat ayah, ibu, kakak, abang atau siapapun orang dewasa di sekitarnya membuang sampah pada tempatnya, pun ia akan melakukan hal yang sama. Bentuk cinta bumi itu sederhana. Nah, merekalah yang menjadi aset bumi yang akan menjadi penyelamat bumi kelak.
Tidak perlu ceramah panjang lebar atau membuat tulisan berlembar-lembar untuk hal itu. Tidak perlu berpikir seperti mengerjakan matematika untuk  melakukan hal tersebut. Tak perlu pula mengajak orang sekampung untuk memberitahu bagaimana cara mencintai bumi. Yuk, biasakan anak-anak di sekitar untuk menjadi agen perubahan dalam penyelamatan bumi.
Untuk kita para kaum muda yang sering terlibat dalam kegiatan sosial anak. Yuk, kita biasakan tiap seminggu sekali mengajak anak-anak berkeliling di sekitar untuk melihat kondisi alam. Ceritakan pada mereka bahwa alam membutuhkan mereka untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Ajak mereka melihat Kali Manggarai yang dipenuhi samapah, ajak pula mereka bermain di Taman Suropati. Manakah yang lebih indah dan nyaman?
Bermula sejak dini. Dimulai dari yang kecil. Yuk, cintai bumi. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *