Malam ini. Lagi. Jam berdansa dengan Dewa Malam diambil kantor. Shit!
Iya, gw masih duduk manis di kantor karena..hm ya…you know lah.
Nah, ditengah file Word, Excel, dan Visio yang menyita hati dan pikiran gw ini, izinkan gw menarikan jemari ini dalam rangka kecintaan gw pada blog gw ini. Hahaha..
Skip this bullshit!
Yang pengen gw ceritakan adalah pertemuan dengan klien nulis gw minggu lalu. Iya, doi yang sekarang buku autobiografinya sedang gw garap.
Berbeda dengan klien gw sebelumnya, doi yang kali ini bukanlah lulusan kumlaude universitas kece Indonesia yang kemudian membangun bisnis di negeri orang dengan sukses plus beasiswa ini itu yang memanjangkan nama dengan usaha yang berliku.
Klien gw kali ini, cuma lulusan kelas 3 SR! (FYI, SR itu Sekolah Rakyat zaman dulu. Setara dengan Sekolah Dasar)
Seperti biasa. Sebelum menulis, gw akan jadi gelas kosong tanpa tau apa yang akan masuk ke gelas. Gw juga nggak bikin ekspektasi atas apa yang bakal gw tulis. Jadilah gw gadis manis yang wawancara dari awan. Maksud gw, tanpa daftar pertanyaan. Hanya mengobrol biasa.
Seorang kakek berusia 77 tahun meneguk kopi hitam dengan nikmat, tersenyum, dan bilang, “Aktualisasi diri itu adalah ketika kamu melakukan apa yang membuat kamu senang, Gizsya.”
Gw spontan terenyuh. Diam beberapa detik.
Gw biasanya nemu kalimat ini dari buku-buku yang penulisnya udah kuliah di sana-sini atau punya bisnis ini itu. Paling nggak motivator yang udah seminar lalu lalang. Nah, ini…
“Karena hidup terus berjalan. Kita nggak pernah tau ada apa di depan. Jadi, yang perlu dilakukan adalah terus berjuang dan terus belajar.”
Kalau ada yang bilang, audio visual itu memberi pengaruh lebih besar dari pada bacaan semata, gw akhirnya setuju!
The way doi cerita tentang pengalamannya selalu membuat merinding. Tentu bukan karena di rumah beliau ada genderuwonya, melainkan kisah perjalanan hidupnya yang suer bikin gw geleng-geleng kepala dan berdecak kagum sekaligus. Ehm, bahkan gw tertawa terpingkal-pingkal.
Satu yang pengen gw bahas di postingan kali ini adalah tentang aktualisasi diri yang gw dapet dari beliau.
Yes, hidup cuma sekali. Banyak pilihan di depan mata. Menjadi apa dan bagaimana menjalaninya menentukan kualitas hidup itu sendiri. Tentang hal ini, sasaran utamanya tentu adalah pekerjaan.
“Tapi hidup bukan hanya melulu tentang uang, Gizsya.”
Iya, hidup butuh uang, tapi uang bukanlah esensi kehidupan itu sendiri.
“Kerjakan yang kamu suka. Jalani profesi yang ada sekarang dengan ikhlas. ‘Nilai’ dari itu semua akan kamu peroleh nanti. Rupiah akan mengikuti di belakang.”
Dan, gw suka weekend. Karena di weekend, gw akan ketemu beliau untuk menyerap ilmunya. Thank you so much, Sir.
With coffee,
Gizsya