Dear rekan-rekan mahasiswa. Pernah nggak sih ketemu dosen yang salah memberikan penjelasan di kelas / seminar / sidang? Kalau lo tau penjelasan beliau salah, apa yang lo lakuin? Diam saja? Atau klarifikasi dengan memberikan pendapat? Kalau setelah lo memberikan klarifikasi dengan bukti, lalu dosennya marah, gimana?
Apa iya, buku itu selalu benar?
Apa iya, dosen / guru itu selalu benar?
Dulu, ketika kita TK kita akan menerima apa saja yag dikatakan bu guru. Ini warna merah. Ini huruf A. Ini angka 5. Ya, we will accept that.
Ketika kita SD, juga demikian. Membaca isi buku. Menjawab soal-soal dibuku. Benar atau salah. Begitu seterusnya sampai SMA. Kalau pun ada kesalahan penjelasan oleh guru dan ada siswa yang protes, pasti akan dibantu oleh guru lain.
Namun, apa demikian juga ketika kita disebut MAHASISWA? Can u see the adding word there? We are not ‘siswa’ anymore. We are ‘mahasiswa’.
Ada yang bilang, Studi S1 itu tentang memahami teori, Studi S2 itu tentang mengaplikasikan teori, dan Studi S3 itu tentang menemukan teori.
Studi S1 untuk memahami teori, bukan sekadar membaca lisan atau menulis dengan benar sesuai buku. Kalau ada diantara kita yang selama kuliah kerjanya ngapalin word by wordpengertian dari sesuatu khususnya untuk ujian, berarti bukan kuliah. Tapi, les menghafal.
Karena fungsi pemahaman inilah, dunia pendidikan mengenal yang namanya mutual respect. Mengapa demikian?
Dunia pendidikan itu terus meluas. Ilmu pengetahuan terus berkembang. Pikiran manusia tidak pernah habis. Hal ini yang membuat teori 10 tahun lalu bisa saja tak lagi benar di masa sekarang. Karena itulah tiap orang di dunia pendidikan harus terus meng-update ilmunya. Ada tali panjang tak hingga bernama internet yang bisa membuat tiap orang mampu memperoleh informasi dengan mudah. Karena hal ini juga, mutual respect merupakan keharusan. Guru/ dosen belajar dari siswa. Siswa/ mahasiswa belajar dari dosen.
Dosen tak selamanya benar. Jadi, mahasiswa berhak memberi pendapat untuk diskusi. Karena tiap orang di dunia pendidikan sama-sama belajar. Begitu bukan?
Lalu, bagaimana jika dosen yang diprotes tersinggung? Hmm, atau lebih parahnya sang dosen menceritakan pada dosen lain bahwa mahasiswa tsb ‘tidak beretika’ karena memprotes dosen? Dan, akhirnya mahasiswa diperlakukan tidak adil?
Ahh, ada yang aneh dengan pendidikan di negaraku.
Sekolah itu adalah proses mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Ketika suatu yang disadari salah namun diterima dengan diam, lalu..untuk apa sekolah?
Sarjana, Master, Doktor, atau Profesor hanya gelar. Bukan berarti gelar tinggi menunjukkan tingkat ilmunya. Karena belajar itu tak pernah putus. Tak pernah habis. Ahh, ada yang aneh dengan pendidikan di negaraku. Yang penting naik pangkat, yang penting jadi pejabat. Nggak peduli bagaimana prosesnya. Koruptor donk?
Setiap detik, manusia dihadapkan pada pilihan keputusan yang baik, kurang baik, dan tidak baik. Sekolah (belajar) adalah proses mengetahui mana yang benar, kurang benar, dan tidak benar. Karena itu, sekolah bukan sekedar ijazah yang menyatakan level ilmu.
Terima kasih banyak untuk Pak G, atas setiap diskusi dan masukannya. 🙂