Judul barusan gw ambil dari keping terakhir serial Supernova yang baru aja kelar gw baca beberapa hari lalu. Setelah jatuh suka sama Re, gw lalu pengen temenan sama Bodhi, lalu tergila-gila pada Mpret, dan jatuh cinta pada Alfa. Terakhir, tetap nggak bisa kabur dari kharismanya Gio. Yes, semua tokoh yang barusan gw sebutin itu ada di serial Supernova mulai dari KPBJ sampai IEP. Lo harus baca. Sumpah. Thumbs up buat Mbak Dee yang nggak pernah gagal bikin gw senyum-senyum baca semua bukunya. Madre, Filosofi Kopi, Perahu Kertas…lah kenapa jadi ngomongin buku!
Kemarin, iya..kemarin. Sahabat baik gw tiba-tiba nangkring ke kosan. Nggak pake janjian, apalagi rencana mau jalan kemana. Gw paham betul gimana manusia satu itu labil minta ampun. Di tengah-tengah peak season lalu kabur sebentar naik gunung, dia masih jejingkratan ngeliat satu tanggal merah gegara pemilihan gubernur DKI. Gw yang lagi no-laptop-day nggak punya alasan nolak diajakin jalan. Apalagi dia yang nggak suka kopi tiba-tiba ngajakin ke coffee shop. Antara pengen bikin gw seneng atau dia bosen sama fast food. Hahaha..
“Kayaknya gw suka sama dia deh, Giz.”
“Buset. Secepat itu? Paling juga lo baru tau nama sama kerjaannya.”
“Gw malah nggak tau dia kerja apa?”
“Itu jatuh cinta pada pandangan pertama, atau lo kena pelet? Hahaha.”
“Enak aja lo. Sebelum ketemu, gw mah udah stalking IG nya dia. Twitter juga. Anak alam gitu. Seneng aja gw.”
“Itu mah kayak gw jatuh cinta sama Goong Yoo.”
“Lo mah.” Dan bantal terlempar dengan sadis ke arah gw. “Mungkin sekarang saatnya.”
“Saat buat?”
“Gw jatuh cinta lagi.”
“Halah… Bahasa lo. Bulan lalu lo nyamperin gw dengan mata berbinar ngomongin Si A. Sekarang bilang suka sama Si B. Nggak konsisten lo. Kalau berani, tembak langsung lah.”
“Lah, kan gw cewek.”
“So? Waktunya belum tepat?”
“Nah, mungkin iya.”
“Kalau jatuh cinta aja waktunya nggak pernah jelas kapan, yaa…emang ada gitu waktu yang tepat buat ngungkapin perasaan?”
“Kampret lo.”
“Hahaha… Yaudah, jadi jalan nggak? Escalator Coffee aja? Atau Lucky Cat? Ada Mokha Coffee juga.”
“Anomali lo bilang enak. Atau Starbucks.”
“Anolami kejauhan. Please, no Starbucks. For some any reason.”
“Yaudah, terserah lo.”
Nah kan, dia labil. She is the labil-est friend I have ever had!
Dari semua nama coffee shop yang disebutin, kami malah nongkrong di Eat n Eat. Ini membuktikan bahwa kami adalah pasangan labil. Hahaha…
“Btw, gw mau resign, Giz.”
“Lo udah sebutin itu entah berapa kali. Dan, sampai sekarang lo masih disitu.”
“Emang lo, kapan balik ke kantor?”
“Balik? Secara tertulis, kita masih satu kantor keleus.”
“Oiya. Hahaha. Konsultan nggak jelas.”
“Kapan lo jadi mau resign?”
“Nunggu waktu yang tepat, Giz. Sama kayak lo. Yang secara tertulis kita satu kantor, tapi nggak pernah bisa ngasi kepastian kapan kita bisa lunch bareng.”
“Hahaha. Dibalikin ke gw. Nggak cinta, nggak kerjaan, sama aja. By the way, gw sering mikir. Sebenarnya, waktu yang tepat itu… kita tunggu, kita cari, atau kita pilih sendiri sih?”
“Iya juga.”
Hahahaha…
Dan sore itu ditutup dengan tawa lepas.
Gizsya