Ketika pilihan antara cinta, kekayaan dan kesuksesan datang pada kita, apa yang akan dipilih? Pilihan datang ketika beberapa kondisi belum menjadi nyata. Pilihan pulalah yang membuat kondisi menjadi tak pasti. Tapi, hidayah dari-Nya itu nyata dan pasti.
Layaknya ketika memilih menu makanan. Pilih ini itu, lalu sang pelayan mencatat dan mengidangkannya dalam beberapa saat. Jika pilihan makanan itu tepat, enak dan puaslah yang kita dapat. Jika pilihan makanan itu tidak sesuai lidah, kesal datang dan nafsu makanpun menghilang.
Jika menu makanan itu diganti dengan pilihan cinta, kekayaan, dan kebahagiaan. Manakah yang akan dipilih?
Pasalnya, cinta, kekayaan, dan kesuksesan menjanjikan kebahagiaan. Lalu adakah yang akan menjadi prioritas pilihan?
Ketika pilihan datang, pastilah yang terbaik yang ingin dipilih. Lalu, jika pilihan itu baik menurut kita, akankah baik juga menurut-Nya?
Sang Maha telah mempunyai caranya sendiri dalam memberi jalan pilihan kepada hamba-Nya. Lalu, kenapa harus tak yakin akan janji-Nya?
Klise memang. Tapi, kekayaan simbol kesuksesan. Kesuksesan membutuhkan cinta sebagai faktor kekayaan. Mungkinkah cinta, kekayaan, dan kesuksesaan mencari caranya sendiri untuk bahagia?
Hmm, semua itu proses kehidupan. Cara-Nya memberi cinta, menitipkan kekayaan, dan menganugerahkan kesuksesan hanya dapat kita rasakan dengan syukur, hikmah akan hidayah dari-Nya.
Wallahualam..
Jika yang sederhana mampu membuat bahagia, mengapa harus mengejar yang sempurna?