Kejebak ujan dan gw stay di Sta*mart sampai ujan mereda, bikin gw berpikir banyak hal. Ceile, berat banget Sya. Tapi, ya emang gitu. Gw ngerasa bahwa dalam dua bulan ini banyak banget kejutan yang Allah kasi ke gw.
Dalam dua bulan ini juga, tanpa sadar gw udah menyandang status sarjana pengangguran. Hahaha. Aneh juga ya, sebelum skripsi udah ngantor eh sekarang malah pengangguran. Beberapa kali gw sempat mikir bahwa resign dari kantor dua bulan lalu adalah keputusan yang terlalu buru-buru. Tapi, ya kembali lagi. Setelah gw pikir ulang, itu adalah keputusan yang gw ambil setelah istikharah. Maka, nggak ada yang salah. Toh, Allah udah kasi jalan masing-masing.
Nah, dalam masa dua bulan inilah, gw banyak mensyukuri segala hal. Nggak ada kegiatan yang konstan, bikin gw punya waktu banyak membaca buku yang belum sempat dibaca. Menulis draf tulisan yang belum sempat dikembangkan. Dan memikirkan hal kecil yang sebenarnya hal besar.
Hibernasi dua tahun dari segala kegiatan komunitas yang sempat membuat gw harus sering jenguk dokter, gw rasa cukup. I just wanna fly again. Maka, dalam dua bulan ini gw kembali ke komunitas-komunitas tercinta. Thx guys, kalian masih mau nerima gw. Hihihi..
Ada FLP Jakarta dan Fun Institute Indonesia yang kembali menantang gw bikin buku. Jiahhh. Gw mah nulisnya masih moody banget. Lalu, komunitas GFC (Gubuk Film Creativity) dan Cinemassa yang tetiba film teman gw udah nyampe Jepang. Alhasil, Bang Lianto sang sutradara senior nantangin bikin film dokumenter. Etdah, kapan ya terakhir kali ikut acara shooting2an? Hihi..
Lalu, ada GNI (Gugah Nurani Indonesia). Komunitas ini nggak memberikan gw tantangan kreativitas, melainkan hati. Ini adalah yayasan sosial dimana gw selalu bisa mengekspresikan kegilaan gw bareng volunteerdan anak-anak. Setelah dua tahun vakum, lalu Fahmi, anak disabilitas yang manis itu mengenal gw, sumpah itu indah banget. Dia meluk gw, dan bilang, “kakaaakk, kakakkk. Kakakk”. Dia manggil gw berulang-ulang. Lalu gw semakin menyadari, I miss this world so much. Ada kebahagiaan yang nggak mampu gw tuliskan, ketika gw bermain dan belajar bareng mereka. Jujur, damai, manis, lucu, indah. Begitulah..
Mengingat semua itu, gw sadar bahwa kata ‘syukur itu indah’, benar adanya. Mengapa harus memikirkan satu kebahagiaan yang belum didapat? Mengapa harus mengarah pada satu kebahagiaan? Toh, bahagia itu diciptakan, bukan dicari. Right?
Ah, hujan. Benar kata pujangga. Bahwa tiap titik air hujan mempunyai arti sendiri. ia memberikan rahmat untuk bumi. Tiap tetesnya. Apapun jadinya. Bisa bikin macet dan banjir. Tapi, sadar atau nggak, polusi di Jakarta berkurang banyak. Atau, tukang bakso yang habis dagangannnya karena banyak orang nunggu hujan reda sambil ngebakso. Atau, pedagang kaki lima jembatan busway harus segera menutupi semua buku-buku dagangan dengan plastik. Apapun itu, tetap kita harus bersyukur bukan? Ada mereka yang di Banjarnegara kehilangan anggota keluarga dan rumah. Atau, mereka yang sedang kedinginan di penjara karena korupsi. Atau, orang-orang kaya sedang sakau di bilyard. Ahh…
Hujan sepertinya sudah reda. Saatnya pikiran gw yang ngaco ini mereda. Seperti hujan yang segera reda, begitulah masalah manusia. Enjoy it. Toh, Sang Maha Sutradara sudah menyiapkan cerita yang indah. Iya kan, Allahku?