Terkhusus untuk sahabatku yang cantik,
“Dia terlalu cakep untuk cewek kayak gw, Sya. Gw sering banget minder.”
Why did you say that, my dear? Cantik itu bukan tentang paras, tapi hati. Klise memang, tapi begitulah makna sebenarnya.
Cantik itu relatif. Bagaimana cara orang memandang, merasakan, dan memaknanya. Untuk apa merasa minder dengan paras yang menurut kita kurang cantik, padahal masih banyak orang yang menyatakan kita cantik? Apa kurang Allah menciptakan hamba-Nya dengan segala kesempurnaan?
Cantik itu dari hati. Secantik-cantik anak perempuan, namun ia durhaka, tetapkah cantik? Secantik-cantik pelajar, namun ia pemakai narkoba, tetapkah cantik? Secantik-cantik supermodel, namun menghardik pengemis, tetapkah cantik?
Cantik itu ketika seorang kakak mencium adiknya dan membelikannya es krim. Cantik itu ketika seorang ibu mengajarakan mengaji anaknya. Cantik itu ketika seorang remaja menolong sang buta menyeberang jalan. Cantik itu ketika menangis menolong yang lemah. Cantik itu senyuman ketulusan.
“Gw pernah mendengar panggilan cantik paling indah. Watu itu gw keadaan kucel, nggak rapi, dan bau keringat abis lari-larian belajar tentang tumbuhan bareng adik-adik gw di taman. Lalu, salah seorang anak kecil menyuruh gw menunduk dan mencium gw. Dia bilang, ‘Kakak cantik banget.’”
“Adik gw sering banget bilang gw cantik, Sya. Dia bilang waktu gw senyum ke dia. Katanya, senyum tulus gw adalah senyum cewek paling cantik di dunia.”
Kurang cantikkah kita?