Tentang Menikah, Is It About Love?

Hai, my dear blog. Kamu apa kabar?

Iya, gw ngaku udah lamaaa banget nggak posting. Sampai orang yang ngurusin web ini nanya, “Syaa, lo bayar hosting iya, postingan baru kagak.” Hahaha..

Nah, ini dia. Gw akan kupas tuntas, apa yang membuat gw sedikit mengenyampingkan hobi dan kewajiban menulis ini.

Gw nikah!

Alasan paling utama gw jarang banget nulis adalah persiapan menikah yang bisa dibilang setahun yang lalu. Btw, jangan berasumsi 1 tahun ini gw abisin untuk ngurus dan ngatur tentang gedung, ketring, de el el. Nggak sama sekali. Gw butuh waktu selama itu untuk meyakinkan diri, “Do I wanna marry him?”

Waktu itu, tanpa basa basi, seorang sahabat (ini serius sahabat), ngajakin gw nikah.

“Sya, nikah yuk?”

“What? Gila lo ya?”

Dia ngajakin gw nikah di Mcd, dengan riuhnya jam pulang kantor, dan kalimat tanpa ekspresi wajah sedikit pun. He is my old friend. Gw udah temenan sama dia dari 13 tahun lalu. Gw udah tau nakal-nakalnya dia, mantan pacarnya dia, de el el nya dia. Pun, dia yang udah sabar selama bertahun-tahun dengerin celotehan tentang kisah-kisah asmara gw sejak SMA.

Malam itu, bukan  pertama kali dia ngajakin gw nikah. Sebelumnya, zaman gw masih kuliah S1,  dia juga pernah ngajakin gw nikah lewat telfon, larut malam, di tengah obrolan tentang cinta pertama gw. Iya, dia ngajak nikah se-random itu.

Tapi, ajakan nikah di usia 25 tahun sulit gw anggap sebagai candaan, apalagi hubungan ini tidak diawalin dengan kata sayang yang berujung pacaran. Walau gw jawabnya becandaan, sejak malam itu, persahabatan gw dan dia bukan hanya sekedar sahabat.

Sejak malam itu juga, gw memperbanyak doa dan qiyamulail tentang menikah.

Is he the one?

Berkali-kali gw menanyakan diri sendiri. Apakah dia orang yang tepat? Gw udah kenal dia 13 tahun, is it enough?

Kata orang, menikah dengan sahabat sendiri adalah salah satu anugerah terindah dalam pernikahan, bahkan dalam hidup. Kata orang, lebih baik tau jelek-jeleknya sekalian sebelum nikah, daripada nanti-nanti. Kata orang,  pamali kalau bilang enggak sama ajakan menikah. Kata orang. Kata orang. Kata orang.

Lalu, gimana kata diri sendiri?

Ini yang membuat gw berpikir entah berapa kali. Sama seperti orang, gw juga nanya ke teman-teman terdekat, ke orang tua, bahkan ke media online (haha). Hal ini yang paling sering bikin gw pusing. Karena pada akhirnya jawaban mereka beda-beda.

“Cakep, Giz. Kerjaannya bagus pula.”

“Dia sabar bangat itu.”

Atau,

“Dia dari dulu sayang banget tau sama lo.”

“Dia kayaknya sayang kok sama lo.”

Look, semua jawaban seakan menuju satu hal, yang nggak tau ujungnya. Semua tentang yang terlihat, bukan yang dirasa.

Keinget apa kata mami bahkan sebelum doi ngajakin nikah. “Menikah itu bukan perkara mudah. Sekali seumur hidup.”

Fine, hal pertama yang harus disiapkan sebelum menikah, adalah diri sendiri. Tentang bagaimana si calon pasangan, bahkan ketika sudah di depan mata pun, kekuatan hatilah yang memegang kendali.

Dan, yang memegang kendali hati tidak lain adalah Allah.

Apa yang gw lakukan dalam satu tahun itu?

I keep praying. Berdoa di sepertiga malam untuk meyakinkan diri. Doa sederhana bahwa jika dia jodohku, maka dekatkan. Jika bukan, maka jauhkan.

Lalu, apakah menikah itu tentang cinta?

Dari cerita gw di atas, bukan berarti gw mengenyampingkan cinta secara utuh. Yang gw lakukan adalah mengenyampingkan emosi cinta itu sendiri. Beribu kali si cowok menyatakan cinta, maka hanya dia dan Allah-lah yang benar-benar tahu perasaan dia yang sebenarnya.

Sama halnya ketika  teman-teman gw meyakinkan gw bahwa dia sayang sama gw jauh sebelum dia menyatakan sayang ke gw, tetap gw yang tahu bagaimana dia memperlakukan gw dengan perasaannya tersebut.

Sampai pada titik akhirnya dia ijab kabul dengan papa, perasaan cinta yang sering ada di novel romansa belum gw temukan. Hari pertama, bahkan hingga sekarang (sebulan lebih) gw menikah dengan dia, gw hanya menyadari satu hal. Bahwa persahabatan gw dan dia sekarang adalah persahabatan halal atas nama Allah, yang di dalamnya ada pahala tiap kali kami bersama.

So, is it about love?

GImana tentang kisah perjalanan menikah kamu? Silakan share di kolom komen, atau bisa email. Insya Allah bisa saling berbagi pengalaman.

(bersambung)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *