Entah apa yang membuatku hari ini tersenyum lega. Seakan aku baru saja mendapat undian tiket untuk bisa segera pulang ke kampung halamanku nun jauh disana di tengah Sumatera Utara. Tapi, hari ini sungguh terasa berbeda.
Kuliahku pagi ini tak ada yang special. Entah berapa kali aku menguap bahkan hampir tertidur di mata kuliah yang sebenarnya menarik itu. “Ahhhh, maaf Bapak..” Tapi, aku terus berusaha memerhatikan beliau menjelaskan. Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa aku tak punya energy belajar pagi ini. Pertama, aku bangun kesiangan karena terlalu larut menarikan jari-jariku di keyboard netbook maroon ini tadi malam. Kedua, karena bangun kesiangan, aku tak sempat menyeduh susu.., ahh salah.., susu Milo yang biasa aku tenggak tiap pagi tak aku lihat di atas meja dapur kecil kamarku, alias habis..! ahhaa.. Ketiga, udah nggak minum susu, aku tetap saja malas memasukkan apapun kedalam tubuhku untuk diproses oleh lambungku yang sejak bangun pagi udah ngoceh pengen menggiling makanan. Alhasil, pagi ini lambungku benar-benar stress karena tuannya begitu tega tak memberinya sedikitpun sesuatu untuk digiling. Ahhh, tenyata saraf-saraf semangatku pun ikut kendur, mungkin karena persediaan makanan untuk diedarkan oleh pembuluh darahku telah menyalakan lampu kuning. Hmmm…
Ini Rabu, rutinitasku untuk menaiki Kopaja 66 tiap jam 2 pm menuju Manggarai telah menjadi kagiatan yang aku juga cintai. Tapi, hari ini berbeda. Aku yang biasanya akan berdiri didepan whiteboard dan berusaha mengingat pelajaran Fisika dan Biologi untuk aku transfer kepada adik-adik yang terlanjur aku cintai itu, hari ini tak aku lakukan. Bahkan mereka telah mendapat mandat untuk tidak datang ke GNI hari ini. Ya, sebab kami yang disebut para coordinator kegiatan social ini akan mengadakan rapat evaluasi bulanan.
Detik demi detik, menit demi menit, elehhh.., pokoknya sampai 2 jam aku disana tak satupun temanku sesama volunteer datang. Ponsel K’ Farah, coordinator utama kami terus sibuk menghubungi sana sini wira wiri, namun tak satupun menjawab.
“Hmmmm, banyak kemungkinan yang bisa terjadi. HP lobet seperti yang sering terjadi padaku, terkena macet yang paling membuat saraf-sarafku berkumpul untuk marah entah kenapa, HP yang entah dimana keberadaannya alias lupa naroh dimana, lagi ada kelas yang dosennya killer seperti dosen Business Statistic-ku, hmmmm, lagi bet muth karena bokek terus nggak mau ngangkat HP, atau lagi putus cinta dan malas melihat screen HP yang mungkin isinya adalah foto orang yang membuat hati teriris.., aiiiihhhh. Hipotesis terakhirku.., aku tak ingin itu terjadi pada mereka..” Demikian otakku merangkai kemungkinan yang terjadi pada mereka.
Tapi, entah mengapa aku tak menyesali kejadian yang sebenarnya membuatku harus menghirup gas monoksida dari Kopaja dan membuatku tak bisa menyebrang jalan selama lebih dari setengah jam. Ahhhh, sampai sekarang aku tak punya keahlian menyebrang jalan. Huh, ingin rasanya aku menemui orang yang menabrak motorku dari belakang sekitar 3 tahun yang lalu itu. Dia meninggalkan trauma yang tak kunjung hilang.
Kembali ke kampus, aku pun melanjutkan tugas untuk wawancara dengan supervisor muda sebuah tempat makan yang cukup terkenal. Cukup ganteng. Heehhe… Tak ada yang special. Hanya setelah wawancara kepalaku berputar karena aku harus membeli produknya, malu donk kalau nggak beli. Tapi, uang disakuku tinggal Rp 12.000,- dan itu tak cukup untuk membeli paket jenis apapun.. Haahhha..
Bokek tingkat tinggi, homesick stadium 4, dan Cikungunya yang terlanjur mencintai tubuhku untuk tetap tinggal mungkin dalam beberapa minggu, aku harap ia capek dengan aku yang tak akan manja dengan kahadirannya. Tak ada yang membuatku bisa teesenyum lebar seharusnya. Aku juga semakin malas untuk memasukkan makanan ke mulutku, ya…alhasil tulang-tulangku sering menjerit seperti hari ini.
Tapi, kenapa aku begitu gembira hari ini..? Aku tak sengaja bertemu dengannya? Ahh, tidak. Aku mendapat nilai baik? Aiihhh, bahkan kertas ujianku hari ini menyatakan nilaiku tak mencapai buruf ‘B’. Aku memperoleh hadiah? Aisshhh, siapa yang mau ngasi..? Hmm, tak ada yang kabar baik hari ini..
Upz..,ada dink. Sahabatku sejak SMP, Alvin namanya menyatakan lepas dari kisah cintanya yang buram alias gelap alias menyedihkan. Sebab, hari ini dia telah berhasil “mungkin” melupakan gadis yang mencuri hatinya sejak SMA itu dan dia berstatus sebagai kekasih gadis lain hari ini. Hmm, anehnya kenapa pacarnya memiliki nama yang sama dengan gadis pujaan hatinya yang fotonya sempat nangkring di dompetnya selama beberapa tahun? “Aihhh, jangan jadikan gadis itu pelampiasan Vin” Hanya itu yang aku katakan di chat tadi siang dengannya.
Cuma itu sepertinya kabar gembira hari ini. Tak ada yang lain. Tapi, aku terus tersenyum sampai malam ini. Ehh, udah pagi rupanya.
Bahkan eyang bertanya, “Kayaknya seneng banget hari ini…” Dan aku hanya berkata, “Nggak tau Yang, seneng aja”
—
Yapz, ternyata senyuman itu memang kita bentuk sendiri, kita ciptakan sendiri, kita sugesti sendiri. Apa itu makna kebahagiaan? Ketika kita mampu ikhlas akan yang terjadi hari ini dan menganggapnya sebagai rangkaian gold indahnya kehidupan.
Apa itu tanggung jawab? Seperti balon udara yang sering dibelikan mami waktu kecil. Kita memegangnya erat untuk tidak terlepas dan berlari ke langit. Seperti itulah tanggung jawab, kita memegangnya dengan teguh. Karena ketika ia lepas, maka kekesalan akan kealpaan menjadi hal yang membekas. Ya, bukan?
Apa itu senyum lega? Ahh, itu seperti hiasan hari yang membuat kita merasa semua tersenyum kepada kita. Mulai dari matahari, angin, dosen, semua teman, bahkan Mr. Kenek Kopaja juga tersenyum pada kita. Indah..
Aku ingin hariku seperti hari ini. Lupa dengan penyakitku, santai dengan semua tugasku, rapi terhadap semua tanggung jawabku.., ahhhh..manisnya.
Et di en, apa korelasi antara judul di atas dengan tulisan ini..? aiihhh….