Aku mencintaimu sejak waktu, sejak bumi, sejak sukma, sejak bayi.Aku mencintaimu sampai laut, sampai langit, sampai darah, sampai mati. (Helvy Tiana Rosa)
Gw nggak sejago Bunda Helvy dalam membuat rangkaian kata cinta. Walaupun gw udah baca berulang, gw juga nggak paham-paham banget tiap puisi yang Bunda tulis di buku Mata Ketiga Cinta. Gw cuma penikmat diskusi tentang cinta, yang nggak paham-paham apa defenisi cinta. Ah, cinta..
Dan, kemarin gw nemu diskusi tentang cinta (lagi) yang gw pengen share ke lo.
Diskusi ini terjadi oleh 4 tokoh, di suatu jam after office hour, di tengah macetnya Jakarta yang cantik, di Jalan Sudirman yang penuh sesak mobil dengan klakson tat tet tot.
Satu diantara kami udah paham banget tentang cinta. Secara, doi udah menikah, punya anak, plus mendirikan komunitas yang kece badai. Sebut saja Jessica Milla. Satunya lagi, seorang cewek manis usia 25-an yang baru aja menyandang status jomblo. Sebut saja Prilly Latuconsina. Yang ketiga, yang paling ganteng duduk dibelakang kemudi dengan bijaksana yang juga menyandang status jomblo. Sebut saja Aliando. Dan yang keempat, gw yang nggak perlu dideskripsikan. Hihi..
Diskusi bermulai dari Aliando yang sedang laris manis di suatu komunitas yang isinya lebih banyak kaum hawa. Singkatnya, Aliando laku keras. Walaupun kadang cuma jadi bahan cie-cie-an yang resa sebenarnya hanya dia dan Tuhan yang tahu. Pun begitu, tetap aja doi belum berhasil memilih dari banyaknya jomblo recommended yang mendekati atau sengaja kami dekatkan. Kira-kira begitu.
Pelajaran No 1. Jatuh cinta itu tidak mudah dan nggak bisa dipaksa. Walaupun, banyak pilihan baik di depan mata.
Berlanjut dengan kisah Prilly yang nggak berapa lama menyandang status jomblo abis putus dari cowok yang usianya lebih muda. Cerita punya cerita, Prilly juga sempat cerita gaya pacaran mereka yang ternyata bisa bersikap dewasa. Tidak ada cemburu berlebihan, tidak ada protektif nggak jelas yang yang penting, dan tidak ada ketidakpercayaan yang tak perlu. Yaaa, walaupun akhirnya mereka berpisah karena satu hal, tetap saja mereka pernah menjadi pasangan ‘menjle-menjle’ yang gw yakin lo paham maksud gw.
Pelajaran No 2. Kedewasaan dalam menjalin hubungan cinta tidak ditentukan dari kedewasaan usia.
Kisah ketiga tentunya dari Jessica yang udah banyak makan asam garam kehidupan dibanding kita bertiga. Kisah cinta Jessica itu cukup rumit. Ada seorang cowok ganteng yang ngejar-ngejar dengan cinta menggelora sejak Jessica kelas 4 SD. Gokil nggak tu? Jessica dipuja oleh cowok yang sama dalam kurun waktu belasan tahun. Kalau cerita FTV atau novel yang biasanya happy ending, Jessica akan hidup happily ever after sama si cowok itu. Tapi, kisah cinta Jessica nggak seperti FTV atau novel. Seseorang yang sekarang menjadi ayah dari anak-anaknya nggak lain nggak bukan seorang teman dari sahabatnya yang hanya berkenalan beberapa bulan, lalu berakhir di pelaminan.
Pelajaran No 3. Jodoh itu kadang nggak disangka-sangka. Mereka bisa saja orang yang ada di dekat kita, namun bisa juga orang jauh yang tiba-tiba menjadi kekasih hidup sepanjang masa.
“Cinta yang dewasa itu bukan yang banyak nafsunya, tapi yang banyak rasanya.” Jelas Jessica di akhir cerita. àPelajaran No 4.
Selanjutnya, cerita gw. Tapi sayang, gw nggak punya kisah cinta yang menarik. Haha. Mohon maaf lahir dan batin.
Pelajaran No 5. Nggak semua kisah cinta itu menarik untuk ditulis atau didengar. Mungkin karena tokoh masih ingusan.
“Lo mau tau cinta yang sempurna itu kayak apa?” Tanya Prilly kepada penghuni mobil.
“Cowoknya baik, perhatian, mau nemenin lo kemana-mana, dan hartanya jelas pula.” Lanjut Prilly.
“Emang ada? Siapa? Kenalin ke gw.” Jawab gw penasaran.
“Abang gojek.”
“Ha???” Muka gw persis ekspresi ‘kotak-kotak’ versi komik. Aliando refleks menginjak rem ringan karena kaget. Jessica menahan tawa.
“Baik iya. Dia ramah. Perhatian apa lagi. Lo aja dijaga kesehatannya, dikasi masker tu. Hartanya juga jelas. Dia naik motor milik pribadi dengan semangat mencari nafkah. Kurang apa lagi?” Jelas Prilly.
Beberapa detik kemudian..
“Ha..ha..ha..” Tawa pecah.
Pelajaran No 6. Cinta sempurna itu hanya milik Sang Pencipta. Kita, hanya bisa berusaha menjadi tokoh sempurna yang tak akan bisa sempurna. Dan, cintalah yang menyempurnakannya.
Gizsya