Out of the blue, di ending brainstroming pembuatan SOP yang menyenangkan sekaligus memusingkan hari ini, partner kerja senior consultant – Mr G yang juga rekan diskusi banyak hal mengingatkan gw atas pertanyaan yang kemarin gw tanyakan tanpa basa basi. Hahaha..
“Gizsya, saya sudah punya jawaban untuk pertanyaan kamu kemarin.”
Oke, pertanyaan gw kemarin adalah pertanyaan yang sama sekali nggak berhubungan dengan kerjaan. Begini pertanyaannya.
“Pak, gimana cara ‘move on’ yang efektif dan efisien?”
Omaigat! Mulai dari instagram, twitter, facebook, path, sampai detik.com pun punya pembicaraan seputar ‘move on’. Begitu banyak kah kisah yang membutuhkan alat pelupa untuk menghapus memori tak menyenangkan itu? Hahaha..
“Begini caranya. Ayo ikutin kata-kata saya..” Mr. G menegakkan posisi duduknya, dan gw mengikuti beliau dengan ragu.
“Oke, Sir.”
“Inhale, tahan nafas, lalu exhale…”
Gw menarik nafas dan menghembuskan nafas sesuai arahan beliau. Tentunya sambil cengar cengir nggak mengerti maksudnya.
“Do it again, inhale. Take a deep breath..then exhale.” Mr G memberikan arahan dengan serius.
Gw kembali mengikuti dengan hati-hati sambil tetap cengar cengir.
“Begitu rumusnya. Tarik nafas dan buang nafas.” Jelas Mr G dengan tampang datar.
“??” Muka gw penuh tanda tanya. Gw diam membisu.
…………………….
Beberapa detik kemudian.
“Hahahahaha.” Ruangan jadi berisik karena tawa kami berdua.
“I got it, Sir.”
Ya, inhale then exhale. Just like that.Tarik semua pesan, baik penyesalan maupun kebahagiaan yang hilang. Pahami dalam-dalam pelajaran yang didapat. Lalu, buang semua penyesalan dan ketidaksenangan yang dirasakan.
Lakukan lagi. Tarik kesimpulan dari masa lalu yang mungkin sedikit kelam. Pahami bahwa hidup terus berjalan. Lalu, lepaskan. Buang semua sisa amarah dan kepenatan. Reduksi semua tangis maupun kekesalan. Masih banyak sisi kebahagiaan.
“Cukup dua kali. Jangan lebih.” Mr G memberikan pelajaran unik sore itu.