Budaya: Kita Penikmatnya, Kita Pelakonnya

Ceritanya, gw lagi nungguin teman-teman buat rapat komunitas yang udah sejam tak kunjung datang. Janji rapat jam 10.00, pada telat sampe jam 12.00. Mulai dari alasan klise macet Jakarta, molor karena weekend, nyasar, sampai alasan bokek! Yakali…
Nah, daripada gw termangu menunggu dua jam, gw mengikuti suara gamelan yang menggema di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta tersebut. Then, gw menemukan banyak banget penari melenggok dengan alunan gamelan dn kawan-kawannya (gw nggk tau nama alat musik yg lain). Setau gw sih, mereka nari Bali. Nggak tau juga apa nama tariannya. Hehe..
Nah, yang bikin gw stayditempat itu dua jam adalah penarinya yang mulai dari segala umur. Sekitar 6 tahunan sampai 20an tahun. Bule nyasar pake sarung Bali aja ada!
Masih kecil, mereka udah jago aja memainkan tangan, kaki, kepala, mata, dan seluruh tubuhnya bergerak mengikuti musik. Cak…cak…cak..cak..cak.. Gw masih kebawa suasana deh. Hihi.
Ini yang gw suka dari Jakarta. Banyak ruang untuk mengekspresikan diri. Taman Suropati, Taman Ismail Marzuki, Kota Tua, dan banyak tempat lain yang sudah lumrah dijadikan tempat mempertontonkan diri terutama saat weekend!
Ternyata, Jakarta tidak seburuk yang orang-orang kenal kok tentang keacuhan budaya. Itu buktinya, masih banyak anak-anak yang dengan bangga melenggak-lenggokkan badannya dengan musik asli Indonesia!


Kalau bukan kita, siapa lagi yang melestarikannya?

Ini nih kalimat yang bikin gw ngerasa bersalah kalau waktu pelajaran seni tari zaman SMA, gw sering ngabur ngurusin madiing (Majalah Dinding) sekolah. Hehe. Berdalih ketua mading, gw membuat deadline pengumpulan karya mading tepat di hari pelajaran seni tari nangkring. Berhubung ibu gurunya juga tau gw suka ngurusin tuh mading, jadilah gw selalu diizinin ngabur dari kelas buat ngumpulin karya-karya mading. Hihi..
Eyatapi, sekarang gw nyesel. Kalau aja dulu gw seserius teman sebangku gw buat belajar tari, pasti jari gw udah lentik kayak dia dan penari-penari yang nari di depan gw ini. Tapi, yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang gw memahami itu kan ya?
Toh, budaya itu bukan hanya sekedar tarian. Setelah gw konsultasi dengan si Mbah Google,  ternyata budaya itu tidak sesempit yang ada di otak gw. Budaya itu juga tentang politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. So, tarian itu hanya sekelumit dari keindahan budaya. Budaya itu luas euy, komplek banget. Kalau pakai teori cinta yaaa, budaya itu lebih dari sekedar kata-kata yang hanya bisa dimaknai dengan hati. Jiahh..
Nah, budaya itu sendiri berkembang di dalam masyarakat itu sendiri yang juga menggambarkan kehidupan di masyarakat itu. Dalam bentuk apapun, budaya itu selalu memaknai semua segi kehidupan dari berbagai sudut pandang. Karena itu, budaya bukan hanya sekedar tarian, lukisan, baju adat dan jenis benda yang dapat kita pegang. Suatu kegiatan atau kebiasaan pun bisa merupakan suatu budaya,
Hm, dari penjelasan gw tadi, kita yang emang tangannya susah untuk menari bisa kok melestarikan budaya dari bidang lainnya. Iya kan?
By the way, menurut gw keindahan itu bukan terletak dari bentuk budaya seperti karya seni, bahasa dan lainnya itu sih. Terlebih, keindahan budaya itu terletak dari para pelakon budaya yang melakoninya. Baik dia mempelajari, memahami, mengajarkan, apalagi dia yang melaksaanakan. Jadi, keindahan budaya ya bisa hilang kalau kita sebagai pemilik budaya itu nggak mau melestarikannya. Iya bukan?
Kita itu bukan hanya penikmat budaya, tapi juga pelakonnya.Dear Indonesia, I love u so much! 

1 Comment

  1. aku setuju banget dengan kata kamu yang di atas ka..
    🙂
    salam kenal kak gisya aku siddiq alumni smansakis 2011..
    sekarang tinggal di jakarta..
    dari 3 taman yg kamu sebutin kak di atas,hanya taman ismail marzuki kak yg belum aku singgahin..hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *